Demi sukma
Ia merangkak
Membuka jendela
Mengendus aroma
Melihat sebuah distorsi hidup
Yang lelap lalu kembali
Bangkit
Melihat senja yang tak pernah datang
Demi sukma
Ia hidup
Melawan taufan
Mengekalkan akar
menyerakkan fatamorgana
Di gurun-gurun lenggang
Tanpa tawa
Awal
Pada Februari ke-28
Ketika semua intuisi disatukan
Ketika sebuah cerita diparodikan
Kau datang
Seperti dewa-dewa hesperida
Membisikan asmara
Menenggelamkan nestapa
Membangkitkan gelora
Cinta !
Ya ! cinta !
Rambutmu menyibakkan silau
Melintas cakrawala
Menantang matahari
Walau tak mendapat izin raja hari
Suaramu terdengar syahdu
Memainkan syair
Mereguk Chairil Anwar
Dalam ranum jeruk dan anggur
Matamu menyisir pasir
Melunakkan gerhana dalam buai
Menikam aku
Dari belakang !
Tengah
Pada Maret ke-2
Aku, kamu, kami
Memainkan kisah
Menukar mimpi
Membekap hingar
Menjulang Bingar dalam keramaian
Kami
Menjelma kata
Mulai belajar membaca
Menjelajahi semesta
Dan tak pernah pulang
Kami hidup !
Mengutuki lautan
Yang menyisir pasir
Menyapu karang
Tanpa mengenal
Apakah itu aku, kamu,kami
Di pesisir
Kami meninggalkan batas
Terbang melabang
Berpetualang dalam riang
Cinta ini memabukan !
sungguh memabukan !
Hasrat ini membakar tulang
Menggoyangkan ilalang
Melacak sel dalam jaringan
Mencari mikro dalam makro
Tak cukup !
Sungguh tak cukup !
Maret berlangsung cepat
Pada Maret ke-3
Pada Maret ke-4
Begitu juga Maret ke-5
Hingga Maret ke-31
Selalu
Kau membangkitkan nafsu melata
Mengajariku melarutkan minyak dalam air
Mendendangkan sebuah frasa: cinta !
Akhir
Pada April ke-13
Masih terlihat
Jalan pekat kehitaman
Yang menjadi saksi
Saat gerimis datang
Sukma datang terlambat
Tapi tak mengapa
Bulan masih membumbung di atas sana
Tiba-tiba
Kau katakan dengan lantang
Jalanan Yunani mulai menjemukan !
Kau ingin pergi
Dan tak ingin menengok kembali
Lalu kemanakah awal april sebelumnya ?
Ketika suka bertemu dengan cita
Ketika cita tersandung oleh cinta
Ketika cinta semakin kuat raganya
Membentuk roh dalam patung
Bahkan menjaring nikmat dalam telaga
Kemana ?
Kemanakah garis itu ?
Sebuah untaian titik yang kau bentuk
Pada suara dan tatapan mata
Yang membuat ilusi seakan-akan nyata
Kau memang hebat !
Menciptakan buaian di depan mata
Membangun istana di bubungan Olympia
Lalu menghancurkan seketika
Ah kini aku tak percaya !
Pada kesaksian sukma
Yang beringsut menjauh
Melompati pagar dewa
Aku semakin membenci
Dan ingin menikammu dari depan
Bukan dari belakang !
Tapi hati ini temaram
Rela melepasmu
Dan penuh lirih berharap
Ketika bertemu lagi
Sakit penuh daya ini
Sudah hilang ditelan hari
i wrote this poem just for FUN ! :)
ternyata dia begitu mendalam di hatimu....
BalasHapusas i've ever told you :)
BalasHapusMoga baca tuh orang..
BalasHapuswkwkwk
BalasHapusi hope soo :)
sudaaahhhlaaaaahhhhh LUPAKAN DIA!!!!
BalasHapuskan ada k***